BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak
mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas.Jenis-jenis jamur yang
umum dibudidayakan ialah jamur merang(Volvariella
volvaceae),jamur tiram (Pleurotus
ostreatus),jamur kuping (Auricularia
polytricha),jamur payung (Lentinus
edodes),dan jamur kancing (Agaricus
Sp).Hasil panen jamur tersebut tak hanya untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri
bahkan ada juga yang di ekspor,seperti jamur kancing dan jamur payung. Media
untuk pertumbuhan jamur dapat menggunakan limbah yaitu limbah pertanian(merang
dan daun pisang) dan limbah industri (serbuk gergaji). Ramuan atau campuran
yang digunakan sebagai media juga bermacam-macam,sedangkan metode yang
digunakan untuk budidaya jamur ini juga bermacam-macam,seperti cara ilmiah,
konvensional,tradisional,dan semi modern.
Jamur terdiri dari bermacam- macam jenis,ada yang merugikandan
ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.Jamur yang merugikan antara lain
karena bersifat pathogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia,hewan
maupun tumbuhan.Diantara jamur yang menguntungkan manusia misalnya :
penicillium yang menghasilkan antibiotik penisilin, jamur-jamur yang berperan
dalam proses fermentasi makanan seperti kecap, tempe, tape, tauco dan lain-lain. Bahkan
banyak jenis jamur yang dapat dikonsumsi (dimakan) antara lain jamur kuping,
jamur tiram, jamur shiitake, jamur agaricus (campignon) dan jamur merang. Dewasa ini budidaya jamur (Mushrooming the mushroom) yang dapat
dimakan telah banyak dilakukan orang yaitu dengan menggunakan
limbah pertanian sebagai media tumbuhnya. Budidaya jamur
yang dapat dimakan (edible mushroom) merupakan salah satu
cara mengatasi kekurangan pangan dan gizi serta menganekaragamkan
pola komsumsi pangan rakyat. Dari
analisa menunjukkan bahwa kandungan mineral jamur lebih
tinggi daripada gading sapi dan domba, bahkan hampir dua
kali lipat jumlah garam mineral dalam sayuran. Jumlah proteinnya
dua kali lipat protein asparagus,
kol, kentang dan empat kali lipat daripada tomat dan
wortel serta enam kali lipat dari jeruk. Selain itu jamur juga mengandung zat besi, tembaga, kalium dan kapur, kaya vitamin B dan D,
sejumlah enzim tripsin yang berperan sangat penting pada
proses pencernaan, kalor dan kolesterolnya rendah.
Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur
kayu yang sekarang telah banyak dibudidayakan orang.
Media tanam atau substratnya yang sudah umum digunakan
adalah gergajian kayu alba (sengon), tetapi sembarang gergajian kayu sebetulnya dapat digunakan, tentunya kayu yang tidak beracun, kemudian
di campur dengan bahan-bahan yang lain dengan
berbandingan tertentu.
Diposkan oleh Caray Diantara banyak jenis jamur yang sedang
baik prospeknya adalah Jamur Tiram Putih (Pleuratus ostreatus sp). Jamur ini
disebut juga jamur kayu, karena tumbuh pada media kayu lapuk atau serbuk kayu.
Disebut jamur tiram karena bentuk tudungnya membulat lonjong dan menutup
seperti cangkang tiram. Jenis jamur tiram pun bermacam-macam ada tiram putih,
coklat dan merah.
Menurut wikipedia, tubuh buah dari jamur tiram memiliki
tangkai yang tumbuh menyamping dan bentuknya seperti tiram (ostreatus),
sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung
berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang
hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk.
Spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm. Miselia
berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat.
- Kandungan Gizi
Jamur
ini mempunyai kandungan protein yang tinggi, asam lemak tak jenuh, serat dan
vitamin sehingga rasanya sangat enak dibandingkan jenis jamur lainnya.
Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen
Pertanian, protein jamur tiram rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah.
Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika
dihitung berat kering, kandungan proteinnya 19-35%, sedangkan beras hanya 7.3%
gandum 13.2% kedelai 39.1%. susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9
macam asam amino yaitu (1) lisin (2) metionin (3) triptofan (4) threonin (5)
valin (6) leusin (7) isoleusin (8) histidin dan (9) fenil alanin. 72% lemak
dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik
yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol), maupun gangguan
metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh, serta adanya semacam
polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Jamur
tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C, dan D, serta
vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin, dan provitamin D2 (ergosterol)
dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor,
Natrium, Kalsium dan Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe,
Mn, Mo, Co, dan Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca, dan Me mencapai 56-70% dari total
abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam
jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap
hari.
Dilihat
dari kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram, maka bahan ini termasuk
aman untuk dikonsumsi. Adanya serat, yaitu lignoselulosa baik untuk pencernaan.
USDA (United States Drugs and Administration) yang melakukan penelitian pada
tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian menu jamur tiram selama 3 minggu akan
menurunkan kadar kolesterol dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan
tikus yang tidak diberi pakan yang mengandung jamur tiram. Oleh karena itu,
mereka berpendapat bahwa jamur tiram dapat menurunkan kadar kolesterol pada
penderita hiperkolesterol. Di Jepang saat ini sedang diteliti potensi jamur
tiram sebagai bahan makanan yang dapat mencegah timbulnya tumor.
Jamur
tiram dapat ditumbuhkan pada media kompos serbuk gergaji kayu. Miselium dan tubuh
buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 25-39°C. Agar bakal tubuh buah
terbentuk biasanya dibutuhkan kejutan fisik seperti perubahan suhu, cahaya,
tingkat CO2, kelembaban relatif udara dan aerasi. Suhu substrat yang
tinggi dapat memicu pertumbuhan mikroflora termofilik. Mikroorganisme
termofilik tumbuh pada kisaran suhu 30-55°C, ketika tumbuh mikroorganisme
tersebut menghasilkan panas yang lebih pada substrat sehingga dapat mematikan
miselium jamur yang dibudidayakan. Substrat sebaiknya memiliki konduktivitas
panas yang rendah, oleh karena itu susunan tinggi kompos kurang dari 25 cm dan
log jamur tidak lebih dari 25 kg. Selama pembentukan tubuh buah, beberapa jamur
sensitif terhadap tingkat CO2 yang tinggi, sehingga tubuh buah yang
terbentuk akan memiliki tangkai yang panjang dan tudung yang kecil. Kisaran
konsentrasi CO2 yang baik untuk pertumbuhan galur tertentu dari P.
ostreatus antara 550-700 ppm. Faktor cahaya sangat menentukan pembentukan tubuh
buah. Beberapa jamur akan membentuk tubuh buah jika kekurangan cahaya. Untuk
pembentukan tubuh buahnya Pleurotus spp. diperlukan 8 jam penyinaran cahaya,
namun Pleurotus yang tumbuh tanpa cahaya akan membentuk struktur seperti koral
dengan banyak tangkai yang bercabang.
Pada
umumnya teknologi budidaya yang diterapkan para petani jamur tiram yaitu
penggunaan serbuk gergaji sebagai substrat menjadi “baglog” yaitu substrat yang
dikemas didalam kantong plastik tahan panas. Adapun karakteristik pertumbuhan
jamur tiram pada baglog serbuk gergaji yaitu dalam jangka waktu antara 40-60
hari seluruh permukaan baglog sudah rata ditumbuhi oleh misellium berwarna
putih. Satu sampai dua minggu setelah baglog dibuka biasanya akan tumbuh tunas
dalam 2-3 hari akan menjadi badan buah yang sempurna untuk dipanen. Pertumbuhan
badan buah pada waktu panen telah menunjukkan lebar tudung antara 5-10 cm.
Produksi jamur dilakukan dengan memanen badan buah sebanyak 4-5 kali panen
dengan rerata 100 g jamur setiap panen. Adapun jarak selang waktu antara
masing-masing panen adalah 1-2 minggu.
Bakal
tubuh buah atau primordia dari basidiomiset adalah gumpalan kecil yang terdiri
dari kumpulan miselia yang akan berkembang menjadi tubuh buah. Diameter tubuh
buah sekitar 1 mm. Primordia berkembang dan pada tubuh buah muda terlihat
bagian-bagian tubuh buah seperti tudung dan tangkai yang terletak tidak di
tengah tudung. Pada permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat
bilah-bilah (lamela). Lamela tubuh menurun dan melekat pada tangkai. Pada
lamela terdapat sel-sel pembentuk spora (basidium), yang berisi basidiospora.
Basidiospora biasanya dibentuk pada saat tubuh buah dewasa mengalami
kematangan. Selama tepi tudung masih berlipat-lipat, tubuh buah dikatakan belum
dewasa. Pada saat tepi tudung meregang penuh tubuh buah mencapai fase dewasa
dan dapat dipanen. Tubuh buah yang matang biasanya rapuh dan spora-spora dapat
dilepaskan.
Spora
pada jamur berfungsi untuk alat reproduksi dan bertahan. Karakteristik spora
sering digunakan untuk mempelajari sistematika dan klasifikasi jamur. Para ahli mikologi dapat menggunakan spora atau lebih
tepatnya jejak spora yang dapat membantunya untuk mengidentifikasi ribuan
spesies jamur yang memiliki tudung. Jejak spora adalah kumpulan spora dalam
jumlah besar. Hal ini bisa diperoleh dengan meletakkan tudung dengan himenium
menghadap ke bawah pada selembar kertas putih atau sepotong kaca. Setelah
beberapa jam, terkadang tidak sampai esok harinya, lapisan spora akan
terkumpul. Warna spora terbagi ke dalam 4 atau 5 tipe umum, yaitu: putih, merah
muda, kuning tanah dan ungu kehitaman, namun kelompok terakhir dapat dibedakan
lagi menjadi ungu dan hitam. Warna spora kadang-kadang dapat dilihat secara
visual dengan melihat lamela pada jamur dewasa, tetapi kadang-kadang warna dari
lamela menyembunyikan warna sporanya.
- Prospek
Alasan
mengapa Jamur tiram mempunyai prospek baik untuk dibudidayakan, yaitu selain
bahan bakunya sangat melimpah dan mudah didapat , juga budidaya jamur tiram
tidak butuh lahan luas. Itu karena dapat dilakukan dengan system rak
bertingkat. Jamur tiram selani mempunyai rasa yang lezat untuk dikonsumsi juga
ternyata berhasiat untuk kesehatan, tak heran jamur tiram banyak disukai dan
dicari orang.
Banyak
produk yang dihasilkan dari bahan baku
jamur tiram, seperti tepung jamur tiram, permen jeli jamur tiram, keripik jamur
tiram, abon jamur tiram, nuget jamur tiram, jamur tiram crispy, dan lain-lain.
Hingga
saat ini jamur tiram lebih banyak diproduksi di jawa barat. Berdasarkan
data yang ada, jawa barat memproduksi 10 ton jamur tiram setiap harinya dan
mayoritas dipasarkan dalam bentuk segar dengan tujuan pemasarannya kota-kota
besar. Daerah Karawang, Bandung, Bogor, dan Sukabumi misalnya, menyuplai jamur tiramnya ke
pasar-pasar di Jakarta.
Bila
dibandingkan dengan jenis jamur lainnya, jamur tiram sudah jauh lebih dikenal
dan memasyarakat. Oleh karena itu masyarakat sudah terbiasa
mengkonsumsinya. Hal ini membuat kebutuhan pasar akan jamur tiram menjadi
luas dan permintaan akan produk jamur tiram, baik dalam bentuk segar maupun
olahannya,terus meningkat. Di beberapa negara seperti Singapura, Taiwan,
Jepang, dan Hongkong, permintaan jamur tiram dalam bentuk kering
maupun yang telah dikalengkan sangat tinggi.
B. TUJUAN
Mempelajari cara-cara
membudidayakan Jamur Tiram putih.
C. MANFAAT
Mengetahui langkah-langkah menbudidayakan Jamur
Tiram Putih.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Jamur
Sritopo (1999),
menyatakan bahwa jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang
merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.Jamur yang
merugikan antara lain karena bersifat pathogen yaitu dapat menyebabkan penyakit
pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Diantara jamur yangmenguntungkan manusia
misalnya : penicillium yang menghasilkan antibiotik penisilin, jamur-jamur yang
berperan dalam proses fermentasi makanan seperti kecap, tempe, tape, tauco dan lain-lain. Bahkan
banyak jenis jamur yang dapat dikonsumsi (dimakan) antara lain jamur kuping,
jamur tiram, jamur shiitake, jamur agaricus (campignon) dan jamur merang.
Anonim (2010) menyatakan bahwa jamur tiram merupakan
salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat Indonesia,
selain Jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping dan jamur
shitake. Pada umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran
untuk kebutuhan sehari-hari. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki
kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya.
Jamur tiram mengandung protein, lemak, fospor, besi, thiamin dan riboflavin
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18
macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung
kolesterol.
Anonim (2010) menyatakan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan
termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan
ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk
setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan
bagian tengah agak cekung.[1] Jamur
tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus
eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King
Oyster Mushroom. Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh
menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan
bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama
binomial Pleurotus ostreatus.[2] Bagian
tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga
putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung
mulus sedikit berlekuk.[1] Selain
itu, jamur tiram juga memiliki spora
berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia
berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat. Di alam bebas, jamur
tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang
sejuk.[3] Tubuh
buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk
atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah
satu jenis jamur kayu.[3] Untuk
itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang
dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[4] Media
yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang
merupakan limbah dari penggergajian kayu.
B.
Budidaya jamur
Anonim (2010) menyatakan bahwa hal penting yang harus dipenuhi
adalah menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan (cultivation)
yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Hal lain yang penting adalah
menjaga lingkungan pertumbuhan jamur tiram terbebas dari mikroba atau tumbuhan
pengganggu lainnya. Tidak jarang pembudidaya jamur tiram mendapati baglog (kantong
untuk media jamur tiram) ditumbuhi tumbuhan lain selain jamur tiram, hal ini
disebabkan proses sterilisasi yang kurang baik dan lingkungan yang tidak
kondusif. Ada
beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk melakuka budidaya jamur tiram ini,
tahapan pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi persiapan sarana
produksi dan tahapan budidaya jamur tiram. Tahapan ini merupakan proses
budidaya jamur tiram dari mulai pembuatan media sampai proses pemanenan jamur
tiram. Jika anda tidak ingin repot menyemai benih, anda bisa membeli baglog
yang sudah siap dengan benih jamur tiram yang sudah siap dibudidayakan.
Anonim (2010) menyatakan bahwa di alam
bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah
yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang
sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram
adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur
ini, substrat yang
dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram dapat
digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram adalah faktor
ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit. Miselium dan
tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30 °C Jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur ini
tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk
gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Tempat dan waktu
Tempat praktikum dilaksanakan
di Laboratorium Budidaya Jamur, Univrsitas Muhammadiyah Surakarta.
Waktu pelaksanaan : Praktikum
dilaksanakan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai bulan januari 2011.
B.
Alat dan bahan :
Alat :
a.
Alat yang digunakan untuk sterilisasi adalah
drum, kompor minyak, thermometer, selang karborator.
b.
Alat yang digunakan untuk fermentasi ialah :
skop digunakan untuk pengaduk bahan, plastic terpal, corong, ember, timbangan,
pengayak.
c.
Alat yang digunkan dalam pembuatan log adalah :
plastik log ( polipropilen, cincin jamur, karet gelang, plastic penutup, kapas.
d.
Alat yang digunakan dalam inokulasi adalah :
tongkat inokulasi, ember/baskom, alcohol 70 %.
e.
Alat yang digunakan untuk perawatan jamur ialah
: penyemprotan air uap.
Bahan :
Bahan utama dalam penelitian
ini adalah bibit jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus), dan serbuk gergaji.
a.
Bahan utama yang digunakan adalah : Bibit jamur
tirram puth (Pleurotus ostreatus)
b.
Bahan yang digunakan untuk media antara lain :
serbuk gergaji kayu sengon, bekatul, Calsit, pupuk kandang sapi, air.
c.
Bahan yang digunakan untuk sterilisasi ; alat
steam, minak tanah, air.
C.
Pelaksanaan praktikum
1.
Tahap pencampuran bahan
a.
Meletakkan bahan pada tempat yang datar dan
kering
b.
Mencampur komposisi dengan perbandingan:
Serbuk
gergaji : 100 kg
Bekatul : 10 kg
Batu kapur (CaCo3) : 4 kg
Air : 7 ember (70 Liter)
c.
Meratakan komposisi bahan tersebut hingga
homogeny dan tidak menggumpal
d.
Mengecek kelembaban, apabila sudah lembab
dihentikan.
e.
Menutup bahan dengan plastik penutup dan memfermentasikannya selama 3-5 hari.
2.
Tahapan pencampuran log
a.
Menyiapkan alat dan bahan ke dalam plastik log
b.
Memasukkan komposisi bahan ke dalam plastik log
c.
Menimbang bahan seberat 0,9-1 kg.
d.
Menambah pupuk kandang sapi sesuai perlakuan.
e.
Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik
f.
Mengikat
ujung plastik pada cincin jamur dengan karet gelang.
g.
Menyumbat cincin jamur yang sudah disumbat
dengan kapas kemudian mngikatnya dengan karet.
3.
Tahapan sterilisasi log
a.
Memasukkan log pada alat steam
b.
Menyalakan kompor dengan minyak tanah dan korek
api
c.
Mensterilisasi log pada suhu 1140C
konstan selama 4-5 jam.
d.
Mendinginkan log pada tempat yang steril.
4.
Tahapan inokulasi bibit jamur ke dalam log dan
pengamatan miselium.
a.
Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan
alcohol 70%
b.
Membuka plastik yang menutup cincin jamur pada
log
c.
Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur.
d.
Mengeluakan 3 sendok makan media dalam log
dengan tongkat inokulasi selanjutnya menampung sisa media tersebut dalam ember
atau baskom.
e.
Menginokulasikan bibit jamur kuping kurang lebih
3 sendok makan ke dalam log menggunakan tongkat inokulasi.
f.
Menutup kembali cincin log dengan kapas.
g.
Menginokulasikan log ke dalam ruang pembibitan
h.
Mengamati petumbuhan miselium jamur dalam log.
..
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup
populer di tengah masyarakat Indonesia,
selain jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping dan jamur
shitake. Pada umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran
untuk kebutuhan sehari-hari. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki
kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya.
Jamur tiram mengandung protein, lemak, fospor, besi, thiamin dan riboflavin
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18
macam asam amino yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur
pangan dari kelompok Basidiomycota dan
termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan
ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk
setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan
bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus
eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King
Oyster Mushroom. Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh
menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya
seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus
ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam,
abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter
5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram
juga memiliki spora
berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia
berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang
tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling
bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon
yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur
kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang
dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram dapat
digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram adalah faktor
ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai
dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur
tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang
dikemas dalam kantung plastik.
Hal
penting yang harus dipenuhi adalah menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan
pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Hal
lain yang penting adalah menjaga lingkungan pertumbuhan jamur tiram terbebas
dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya. Tidak jarang pembudidaya jamur
tiram mendapati baglog (kantong untuk media jamur tiram) ditumbuhi tumbuhan
lain selain jamur tiram, hal ini disebabkan proses sterilisasi yang kurang baik
dan lingkungan yang tidak kondusif.
Ada
beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk melakuka budidaya jamur tiram ini,
tahapan pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi persiapan sarana
produksi dan tahapan budidaya jamur tiram. Tahapan ini merupakan proses
budidaya jamur tiram dari mulai pembuatan media sampai proses pemanenan jamur
tiram. Jika anda tidak ingin repot menyemai benih, anda bisa membeli baglog
yang sudah siap dengan benih jamur tiram yang sudah siap dibudidayakan.
Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter,
terutama temperature, kelembapan relatif, waktu , kandungan CO2, dan cahaya.
Parameter tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap setiap stadium atau
tingkatan, misalnya:
1.
Terhadap pertumbuhan miselia pada substrat tanam
2.
Terhadap pembentukan primodia (bakal
kuncup)jamur
3.
Terhadap pembentukan tubuh buah
4.
Terhadap siklus panen dan
5.
Terhadap nilai BER atau perbandingan antara
berat hasil jamur dengan berat substrat log tanam jamur.
Syarat tumbuh jamur yang baik
adalah sebagai berikut:
1.
Air
Kandungan air dalam substrat
berkisar antara 60-65%. Apabila kondisi kering maka pertumbuhan jamur
akan terganggu atau terhenti, begitu pula sebaliknya apabila kadar air terlalu
tinggi maka miselium akan membusuk dan mati. Penyempurnaan air dalam ruangan
dapat dilakukan untuk mengatur suhu dan kelembaban.
2.
Suhu
Suhu inkubasi atau saat jamur
tiram membentuk miselium dipertahankan antara 60-70%. Suhu pada pembentukan
tubuh buah berkisar antara 16-22º C.
3.
Kelembaban
Kelembaban udara selama masa
pertumbuhan miselium 60-70%. Kelembaban udara Pada pertumbuhan badan buah
80-90%.
4.
Cahaya
Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Cahaya tidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah. Intentisitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur sekitar 200 lux (10%). Sedangkan pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya.
Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Cahaya tidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah. Intentisitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur sekitar 200 lux (10%). Sedangkan pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya.
5.
Aerasi Dua komponen penting dalam udara yang
berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu Oksigen(O2) dan Karbohidrat (CO2).
Oksigen merupakan unsure penting dalam respirasi sel. Sumber energi dalam sel
dioksidasi menjadi karbondioksida. Konsentrasi karbohidrat (CO2) yang terlalu
banyak dalam kumbung menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Didalam
kumbung jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%.
6.
Tingkat Keasaman (pH) Tingkat keasaman media
tanam mempengaruhi pertumbuhan dan petkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi penyerapan air dan hara,
bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur yang lain yang akan menganggu pertumbuhan
jamur tiram itu sendiri. pH optimum pada media tanam berkisar 6-7.
Pada praktikum kali ini kami mengalami kegagalan.
Miselium tumbuh sangat lambat/ belum tumbuh hingga minggu ke-5 dan baglog
berwarna hitam sehingga ada indikasi kontaminasi. Dalam baglog timbul yellow
spot, green spot, gagal menumbuhkan miselium/perkembangan miselium lambat dan
baglog membusuk. Kegagalan ini sebenarnya disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Seringkali faktor sterilisasi media dianggap sebagai
satu-satunya sebab dalam kegagalan. Padahal proses sterilisasi media hanya
merupakan salah satu penyebab saja. Dalam berbagai analisa rekan-rekan,
literatur, pengalaman, faktor-faktor kegagalan ini dapat disebabkan berbagai
macam sebab.
Berdasarkan
analisa kami penyebab kontaminasi adalaha antara lain sebagai berikut:
1.
Pencampuran Bahan dan
Pengomposan
Bahan baku
yang terdiri dari serbuk gergaji kayu, bekatul, kapur, dan sebagainya dicampur
secara merata, dengan komposisi bahan disesuaikan dengan kebutuhan. Sebelum
digunakan sebagai bahan campuran, serbuk gergaji kayu harus diayak terlebih
dahulu agar bagian-bagian yang tidak
digunakan (misalnya benda asing berbentuk kerikil, pecahan gelas, bagian kayu,dsb)
tidak terbawa. Semua bahan kemudian dicampur sampai homogen, ditambah dengan
bahan campuran lain dan air secukupnya. Bahan campuran ini dikomposkan selama
2-5 hari. Selama pengomposan dilakukan pengadukan sebanyak 3-4 kali. pada
praktikum kali ini dimungkinkan waktu yang terlalu lama pada saat pengomposan
sshingga media atau bahan tidak layak untuk digunakan.
2. Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
Media kayu adalah media utama dalam
penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu
yang digunakan. Hendaknya untuk mempermudah budidaya, jenis kayu yang digunakan
homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan
dan juga tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah di pulau jawa, paling
mudah menggunakan jenis kayu sengon laut. Pencampuran dengan jenis lainnya
boleh dilakukan tetapi hendaknya 80% bersifat homogen.Seringkali kegagalan
timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis
kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya. Penting
juga untuk memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji
tersebut terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan
dalam budidaya
3.
Faktor PH
Dalam pencampuran media baglog, tingkat PH dari serbuk
gergaji harus diperhatikan dengan benar di kisaran 7. PH yang terlalu basa
(poin 7 keatas hingga 8) akan menyebabkan kegagalan. Karena faktor PH ini lah,
dalam budidaya diperlukan pengomposan. Metoda pengomposan dari masing-masing
pebudidaya memang lain-lain, tapi tujuannya satu yaitu menurunkan PH serbuk
gergajian. Metoda itu antara lain:
a.
Setelah mencampur, dibiarkan semalam, lalu baru
dimasukkan ke dalam kantong baglog
b.
Dengan mencampurkan EM4 untuk mempercepat
pengomposan
c.
Mencampur serbuk gergajian dengan kapur lalu
dibiarkan minimal 3 minggu untuk pengomposannya.
Penting sekali untuk memeriksa
kondisi pH ini sebelum dimasukkan ke dalam kantong. Pemeriksaan bisa dengan pH
meter atau kertas lagmus. Ada
pengalaman dari rekan-rekan, jika pH masih di kisaran 7,5 - 8, campuran diberi
sedikit campuran air cuka. Lalu diperiksa kembali, setelah PH di sekitar 7,
baru dimasukkan ke dalam kantong.
4.
Faktor air
Dalam menambahkan kadar air, seringkali kita memang tidak
memeriksa air yang digunakan. Ada
yang menggunakan air sumur, air PDAM, atau malah air kali biasa. Kandungan
kimia pada air tersebut terkadang tidak kita ketahui, jika terdapat kandungan
yang mungkin saja bisa menggagalkan dalam proses budidaya, hal ini tentunya
tidak kita inginkan. Cara sederhana untuk mengatasinya adalah, air yang akan
kita gunakan hendaknya diendapkan dahulu, bisa juga dengan mencampurkan arang
untuk menetralisir dan memurnikan air.
5.
Faktor campuran yang
kurang baik
Kadar dari campuran memang bermacam-macam dari
masing-masing pebudidaya, tetapi rata-rata menggunakan nutrisi sekitar 10%-15%,
ada yang maksimal hingga 20% dari berat gergajian. Nutrisi yang kami maksud di
sini adalah perbandingan bekatul atau jagung.
Pastikan bahan yang digunakan
dalam campuran masih dalam kondisi segar dan baru, tentunya kualitasnya juga
harus baik. Penting sekali untuk segera melakukan sterilisasi setelah campuran
dimasukkan ke dalam kantong baglog. Karena setelah dimasukkan ke dalam plastik,
akan timbul gas fermentasi yang dapat melambatkan tingkat kecepatan tumbuh
miselium nantinya, atau bahkan menghentikannya sama sekali.
6.
Faktor sterilisasi
Faktor ini yang sering menjadi momok pada budidaya. Metodenya
banyak sekali, ada yang menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton,
plat baja. Ada
yang langsung dipanaskan, ada yang menggunakan boiler sebagai penghasil uap
panasnya. Intinya cuma satu, bagaimana metoda yang digunakan tersebut dapat
memanaskan media baglog hingga 100 derajat C dan mematikan semua bakteri yang
ada. Sehingga baglog yang sudah steril tersebut dapat tumbuh miseliumnya
setelah ditanamkan bibit di dalamnya. Air yang digunakan dalam memanaskan
baglog juga sebaiknya harus selalu baru dan bersih. Seharusnya setelah
sterilisasi, jangka waktu untuk inokulasi tidak terlalu lama sehingga media
baglog dalam keadaan steril. Tapi pada praktikum kali ini jangka waktu antara
sterilisasi dan inokulasi sangat lama yaitu mencapai 7 hari/1 minggu sehingga
kemungkinan terjadi kontaminasi.
7.
Faktor kesalahan dalam
inokulasi
Dalam melakukan inokulasi bibit jamur tiram putih,
kondisi baglog setelah melalui proses sterlilisasi harus memiliki suhu yang
pas.. Suhu baglog yang masih terlalu panas dapat menyebabkan kegagalan, begitu
juga sebaliknya, suhu yang sudah terlalu dingin juga dapat menimbulkan
kegagalan. Suhu yang baik kira-kira di kisaran 35-38 derajat C (masih hangat
sedikit, tapi tidak panas).
Jangan pula misalnya sudah lebih dari 2 hari keluar dari
steamer proses sterilisasi, baru dilakukan proses inokulasi, ini sudah terlalu
dingin.
Indikasi faktor inokulasi berhasil dapat dilihat seperti foto di bawah ini, walau hanya baru 3 hari, perkembangan miselium sudah terpantau dengan menyebarnya pengapasan.
Indikasi faktor inokulasi berhasil dapat dilihat seperti foto di bawah ini, walau hanya baru 3 hari, perkembangan miselium sudah terpantau dengan menyebarnya pengapasan.
8.
Faktor bibit jamur
yang kurang baik
Bibit jamur tiram putih sangat penting sekali dalam
menentukan tingkat keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Kualitas
bibit ini sangat menentukan keberhasilan. Bibit yang sudah terlalu tua (apalagi
sudah tumbuh jamurnya) kurang baik untuk digunakan. Bibit yang berumur masih
muda memiliki kekuatan yang lebih baik.
9.
Komposisi bibit
Komposisi nutrisi pada bibit jamur tiram menentukan
kualitas kekuatan miselium dalam perkembangan di baglog nantinya. Indikasi
sederhananya dapat terlihat pada warna putih miselium di botol bibit. Jika
putihnya berwarna sangat putih, ini mengindikasikan nutrisi nya baik, tapi jika
warna putihnya hanya semu saja, ini mengindikasikan nutrisi yang digunakan
kurang.
10. Faktor kebersihan ruang inkubasi
Pada ruang inkubasi, faktor kebersihan, sirkulasi udara,
kelembaban juga harus sangat diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah
terlewati dengan baik, dan perkembangan miselium juga baik, tetali karena ruang
inkubasi kurang bersih, perkembangan miselium justruk menjadi lambat dan malah
terhenti sama sekali. Ada
baiknya ruang inkubasi secara rutin dilakukan sterilisasi dengan menyemprotkan
formalin 2% sebelum diisi baglog, ini untuk meyakinkan bersih dan sterilnya
ruang inkubasi itu sendiri.
BAB V
KESIMPULAN
1.
Jamur tiram merupakan
salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat Indonesia.
2.
Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang
memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu
lainnya.
3.
Jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan
termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan
ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk
setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan
bagian tengah agak cekung.
4.
Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa
parameter, terutama temperature, kelembapan relatif, waktu , kandungan CO2, dan
cahaya
5.
Penyebab kontaminasi adalah antara lain sebagai
berikut:
a.
Pencampuran Bahan dan
Pengomposan
b.
Faktor dari serbuk
kayu yang digunakan
c.
Faktor PH
d.
Faktor air
e.
Faktor campuran yang
kurang baik
f.
Faktor sterilisasi
g.
Faktor kesalahan dalam
inokulasi
h.
Faktor bibit jamur
yang kurang baik
i.
Komposisi bibit
j.
Faktor kebersihan
ruang inkubasi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Budidaya jamur
Tiram. http://tabloidgallery.wordpress.com/author/tabloidgallery/anonim.
2010.
mantap... terimakasih telah berbagi artikelnya..:)
BalasHapus