PEMANFAATAN DAUN STEVIA (Stevia rebaudiana) SEBAGAI
PEMANIS ALAMI TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NILAI GIZI
BOLU KUKUS
Diajukan oleh:
VISKA MARETTA
A 420 080 009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2011
PEMANFAATAN
DAUN STEVIA (Stevia rebaudiana) SEBAGAI PEMANIS ALAMI TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NILAI GIZI
BOLU KUKUS
A.
Latar Belakang
Saat
ini hampir semua jenis makanan dan minuman mengandung bahan tambahan makanan.
Penambahan bahan tambahan makanan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi
makanan, meningkatkan citra rasa, memperpanjang umur simpan. Salah satu dari
bahan tambahan makanan yang sering digunakan yaitu pemanis. Gula merupakan
bahan pemanis makanan dan minuman yang diproses secara alami maupun sintetis.
Dewasa ini banyak pemakaian bahan pemanis selain sukrosa dalam pembuatan
makanan dan minuman, terutama bahan pemanis buatan. Disamping harganya murah,
pemanis buatan dapat memberikan rasa manis yang berlipat ganda dibandingkan
dengan sukrosa.
Pemanis
dapat ditemukan dalam bentuk alami maupun buatan. Pemanis buatan yang popular antara lain
Aspartame dan Saccharin. Aspartame adalah bahan pemanis rendah
kalori pengganti gula biasa (sukrosa) yang ditemukan pada tahun 1965 oleh James
Schlatter. Pemanis jenis ini mengandung efek buruk antara lain menyebabkan
kejang-kejang dan dan didegradasi menjadi diketopiperazine (DKP), zat penyebab
tumor, methanol yang terakumulasi dalam tubuh dapat merusak saraf mata dan
menyebabkan kebutaan. Sedangkan Saccharin adalah pemanis buatan yang
ditemukan pertama kali pada tahun 1879. Pemanis buatan yang kurang populer ini
tiba-tiba saja menjadi bahan pokok penduduk sipil ketika semua gula yang ada
dikirim ke medan perang untuk konsumsi para tentara pada Perang Dunia I.
Sedangkan pemanis alami
yang dapat kita temukan sehari-hari adalah gula. Gula yang selama ini dikonsumsi oleh masyarakat adalah gula yang
berbahan dasar tebu dan aren.
Memang batang tebu yang rasanya manis dan mudahnya memperoleh tanaman ini
sebagai salah satu alasan tumbuhan ini populer digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan gula. Padahal, apabila ditilik lebih jauh, kandungan kalori
yang ada pada batang tebu sangatlah tinggi. Hal ini dapat memicu diabetes dan obesitas. Bagi
penderita penyakit tersebut, gula tebu merupakan momok yang menakutkan. Padahal,
tanpa gula, makanan dan minuman terasa kurang mantap, bahkan hambar. Maka,
pemanis rendah kalori kini semakin banyak diminati oleh masyarakat.
Salah
satu fungsi pemanis (gula) di pasaran adalah sebagai bahan dasar untuk pembuatan kue, baik kue kering maupun kue
basah. Salah satu kue yang dijual di pasar dan digemari masyarakat karena rasa
dan tampilannya yang begitu menggoda adalah bolu kukus.
Bolu
kukus termasuk salah satu jenis kue yang sudah lama dikenal dan
mudah didapatkan di toko-toko, pasar
tradisional maupun supermarket dengan berbagai kualitas mulai dari kualitas
tingkat rendah sampai kualitas tingkat tinggi yang dapat dinikmati kelezatannya
oleh semua kalangan usia baik anak-anak, dewasa, orang tua, maupun manula
karena bolunya empuk, tampilannya yang cantik merekah dengan semburat warna
yang menarik dan aroma yang harum serta berasa manis.
Bolu
kukus biasanya terbuat dari tepung terigu, gula pasir, telur ayam, air dan emulsifier dicampur sampai mengembang
kemudian diselesaikan dengan cara dikukus. Ciri khas bolu kukus seperti yang
sudah dikenal selama ini menggunakan paper
cup, berbentuk mangkuk dengan permukaan yang merekah dalam warna putih
semburat warna lain diatasnya. Gula yang biasa digunakan dalam pembuatan bolu
kukus di pasaran adalah gula pasir yang mengandung banyak kalori, daun stevia
dapat disubtitusikan sebagai pengganti gula pasir dalam pembuatan bolu kukus.
Daun Stevia dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif dalam pembuatan gula alami rendah kalori terlebih nonkalori. Daun ini mengandung
Pemanis alami yang mampu menghasilkan rasa manis 70-400 kali dari manisnya gula
tebu. Ekstrak daun Stevia memiliki
batas aman konsumsi yaitu 35mg/kg berat badan/hari. Nilai kalori ekstrak daun
stevia sangat kecil bahkan dapat dianggap tak ada.
Stevia adalah
tumbuhan perdu asli dari Paraguay. Cocok pada tanah berpasir dengan tinggi
tanaman maksimal 80 cm. Daunnya mempunyai rasa lezat dan menyegarkan. Gula stevia telah di komersilkan di
Jepang, Korea, RRC, Amerika Selatan untuk bahan pemanis bagi penderita diabetes dan kegemukan. Stevia yang
pernah ditanam di Indonesia berasal dari Jepang, Korea dan China. Bahan tanaman
tersebut berasal dari biji sehingga pertumbuhan tanaman stevia di lapang sangat
beragam.
Daun stevia
berisi glycoside yang
mempunyai rasa manis tapi tidak menghasilkan kalori, hal ini disebabkan tubuh
manusia tidak memproses glikosida dari daun stevia tetapi hanya mengambil
kalorinya. Stevioside dan rebaudioside merupakan konstituen
utama dari glycoside dengan
gabungan dari molekul gula yang berbeda seperti yang terdapat pada tanaman stevia. Glycoside yang digunakan secara komersial dinamakan stevioside yang memberikan rasa manis
250-300 kali dari gula. Selain mengandung pemanis glycoside (stevioside,
rebauside, dan dulcosida), daun stevia juga
mengandung protein, fiber, karbohidrat, fosfor, kalium, kalsium, magnesium,
natrium, besi, vitamin A, vitamin C, dan minyak.
Salah
satu faktor yang mempengaruhi rasa dan tampilan dalam pembuatan bolu kukus
adalah komposisi gula. Menurut penelitian yang telah dilakukan Erwin (2004),
gula yang biasa digunakan dalam pembuatan bolu kukus adalah gula pasir (sakarose).
Dalam penelitian ini juga menggunakan gula pasir karena derajat kemanisan
mencapai 100%, mudah didapat dipasaran dan dalam penelitian ini penggunaan gula
tidak dikenai perlakuan penelitian. Untuk keempat sampel penelitian menggunakan
jenis dan jumlah gula yang sama yaitu gula pasir sebanyak 200g. Dalam pembuatan
bolu kukus, disarankan menggunakan gula pasir yang butirannya halus agar proses
mixing tidak terlalu
lama dan gula pasir berwarna putih agar bolu yang dihasilkan berwarna putih
bersih.
Oleh
karena itu berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat
inovasi baru yaitu “PEMANFAATAN DAUN STEVIA (Stevia
rebaudiana) SEBAGAI
PEMANIS ALAMI TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK NILAI GIZI BOLU KUKUS”.
B.
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini agar memiliki arah dan ruang lingkup
yang jelas maka perlu adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah-masalah
sebagai berikut:
1.
Sebagai subyek yang diteliti
Daun Stevia
2.
Sebagai obyek penelitian
Bolu
Kukus
3.
Parameter yang diukur
Dalam penelitian ini, parameter yang diukur
adalah kualitas organoleptik yang meliputi tampilan bolu, tekstur, warna,
aroma, dan rasa, serta nilai gizi yang dilihat dari uji kadar kalori bolu
kukus.
C.
Rumusan Masalah
Bagaimana pemanfaatan daun stevia (Stevia
rebaudiana) sebagai pemanis alami terhadap kualitas organoleptik dan nilai gizi
bolu kukus?
D.
Tujuan
Untuk mengetahui manfaat daun Stevia (Stevia
rebaudiana) sebagai
pemanis alami terhadap kualitas organoleptik dan nilai gizi
bolu kukus.
E.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat:
1.
Bagi diri sendiri, penelitian ini dapat menambah
pengetahuan terutama tentang pemanfaatan daun stevia sebagai pemanis alami terhadap kualitas organoleptik dan nilai gizi bolu kukus.
2.
Bagi petani hasil penelitian ini diharapkan
dapat membuka wawasan bahwa mereka tidak hanya dapat menanam palawija saja,
tetapi dapat membudidayakan tanaman stevia yang memiliki daya jual lebih tinggi
3.
Bagi masyarakat hasil penelitian ini dapat
dijadikan informasi tentang inovasi terbaru tentang gula nonkalori yang
bermanfaat bagi kesehatan
F.
Tinjauan Pustaka
1.
Stevia
Menurut Anonim (2001),
tanaman Stevia rebaudiana dapat
diklasifikasikan sebagai berikut
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Stevia
Jenis : Stevia rebaudiana
Tanaman Stevia
rebaudiana termasuk dalam famili Compositae. Anatomi dari tanaman perdu Stevia rebaudiana adalah batang kurus
dan berbulu keriting. Daun berbentuk bulat panjang atau bulat telur dengan
pangkal sempit dan tajam dan berujung tumpul. Bagian bawah daun kasar dan
panjang daun 3-7 cm. Mahkota bunga stevia mempunyai warna putih dengan panjang
kira-kira 5 mm. Bunga jantan, kepala saringan berujung tumpul sedangkan tangkai
saringan tipis, silindris dan berusuk bagus. Daun stevia mengandung 3 jenis
glikosida yaitu steviosida yang memiliki rasa manis, rebaudisida dan dulkosida
yang ketiganya terikat pada karbohidrat seperti rhamnosa, fruktosa, glukosa,
silosa, arabinosa. Rasa manis pada stevia disebabkan karena dua komponen yaitu
stevioside (3-10% berat kering daun) dan rebaudioside (1-3%) yang dapat
dinaikkan 250 kali manisnya dari sukrosa. Stevioside mempunyai keunggulan
dibandingkan pemanis buatan lainnya, yaitu stabil pada suhu tinggi (100°C),
range pH 3-9, dan tidak menimbulkan warna gelap pada waktu pemasakan (http://newcrops.uk.edu.au).
Menurut Buchori (2007), daun Stevia berisi glycoside
yang mempunyai rasa manis tapi tidak menghasilkan kalori. Stevioside dan rebaudioside merupakan konstituen
utama dari glycoside dengan
gabungan dari molekul gula yang berbeda seperti yang terdapat pada tanaman stevia. Glycoside yang digunakan secara komersial dinamakan stevioside yang memberikan rasa manis
250-300 kali dari gula. Daun stevia selain
mengandung pemanis glycoside (stevioside, rebauside, dan dulcosida)
juga mengandung protein, fiber, karbohidrat, fosfor, kalium, kalsium,
magnesium, natrium, besi, vitamin A, vitamin C, dan juga minyak. Rasa manis
pada stevia disebabkan karena
dua komponen yaitu stevioside (3-10%
berat kering daun) dan rebaudioside (1-3%)
yang dapat dinaikkan 250 kali manisnya dari sukrosa. Stevioside mempunyai keunggulan dibandingkan pemanis buatan
lainnya, yaitu stabil pada suhu tinggi (100°C), range pH 3-9, dan tidak
menimbulkan warna gelap pada waktu pemasakan
Menurut Soraya (2010),
steviosida menunjukkan rasa manis yang menakjubkan dengan tingkat kemanisan 300
kali rasa sukrosa. Di samping itu steviosida mempunyai nilai kalori yang rendah
, sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh orang yang mengidap penyakit diabetes
dan orang yang sedang melakukan diet. Steviosida tidak bersifat racun, sehingga
aman dikonsumsi manusia. Stevioside mempunyai rumus molekul C38H60O18
dan berat molekul 804,90. Apabila diurai sempurna stevioside mengandung 56,90%
C, 7,51% H, dan 35,78% O. Steviosida adalah senyawa glikosida yang terdapat di
dalam daun Stevia rebaudiana. Struktur steviosida tersusun atas tiga molekul
glukosa dan satu molekul bukan gula yang disebut aglikon. Kristal steviosida
mempunyai warna putih dan tersusun oleh kristal kecil yang berbentuk memanjang.
Senyawa Stevioside¨memiliki titik lebur 198oC, berbentuk kristal
amorf dan hidroskopis, larut dalam air, dioxan, dan metanol, sedikit larut
dalam alkohol, satu gram steviosida larut dalam 800 ml air serta memiliki berat
molekul 804.87.
Daun stevia dapat langsung digunakan sebagai pemanis. Cara
untuk memanfaatkannya yaitu dengan dikeringkan. Proses pengeringan tidak
memerlukan panas yang tinggi. Untuk skala rmah tangga, cukup dengan
mengeringkannya di bawah sinar matahari selama kurang lebih 12 jam,
mengeringkannya lebih dari itu akan menurunkan kadar steviosidanya. Atau dengan
mengeringkan daun stevia di dalam microwave selama 2 menit, kemudian
diserbukkan. Serbuk ini dapat langsung dikonsumsi sebagai pemanis makanan.
Pemanis stevia juga dapat dikonsumsi dalam bentuk cair, yakni dengan
merendamnya selama 24 jam kemudian disimpan di dalam kulkas. Perbandingan air
dengan stevianya 1:4. Yang harus tetap diperhatikan adalah faktor keamanannya.
Jangan menggunakan stevia secara langsung apabila daun terpapar pestisida atau
bahan kimia lain yang berbahaya bagi kesehatan (http://www.gulastevia.20m.com).
2.
Bolu kukus
Menurut
Erwin (2004), bolu kukus adalah kue yang dibuat dari tepung terigu, gula pasir,
telur ayam, air dan emulsifier yang
dicampur sampai mengembang yang diselesaikan dengan cara dikukus. Ciri khas
bolu kukus seperti yang sudah dikenal selama ini menggunakan paper cup, berbentuk mangkuk dengan
permukaan yang merekah dalam warna putih semburat warna lain di atasnya.
Menurut
Putri (2010), kualitas kue bolu kukus ditentukan dari rasa, tekstur, aroma dan
tingkat pengembangan. Tingkat pengembangan adalah perbandingan tinggi kue bolu
kukus dengan tinggi adonan. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengembangan
antara lain putih telur ayam, soda kue atau pengembang kue dan protein yaitu
gluten.
3.
Uji Organoleptik
Menurut
Kartika (1988), uji organoleptik adalah uji kualitas pangan yang dapat dilihat
melalui uji inderawi meliputi warna, bentuk, tekstur dan rasa.
Menurut Wiryawan (2011), Uji organoleptik adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengetahui rasa dan bahu (kadang-kadang termasuk
penampakan) dari suatu produk makanan, minuman, obat dan produk lain. Dalam
melakukan pengujian tersebut para peneliti menggunakan manusia sebagai obyek
yang biasa dinamakan dengan panelis. Persiapan
untuk melaksanakan uji organoleptik, meliputi:
a.
Prosedur dan metode pengujian telah ditentukan
b.
Kriteria pengujian telah ditetapkan
c.
Form isian respon telah disiapkan
d.
Instruksi telah dimengerti untuk menjamin
pengujian dilakukan sesuai dengan spesifikasi bahan
e.
Sampel yang akan uji telah diketahui
f.
Persyaratan dan kaidah psikologis dalam
pengujian telah dipahami
4.
Gula pasir
Menurut
Suhardjito (2006), gula pasir yang beredar di pasar diperoleh dari tebu atau
bit gula yang telah dibersihkan. Gula pasir merupakan 99,9% sakarose murni yang dikristalkan
Dilihat secara kimia, gula dibagi menjadi dua jenis yaitu gula sederhana
seperti glukose atau dextrose, fruktose dan galaktose;
gula majemuk seperti sakarose, maltose, laktose, dll.
Menurut
Mudjayanto (2004), gula dapat dikategorikan menjadi:
a. Gula
pasir (sakarose), adalah gula
majemuk yang terbuat dari tebu atau bit dengan derajat kemanisan 100%.
b. Gula
cokelat (brown sugar), adalah
gula majemuk yang diperoleh dari molasses yang belum dimurnikan diantaranya
dapat berasal dari nira kelapa dan tebu yang diproses dengan cara tradisional.
c. Glukose atau dextrose, adalah gula sederhana yang terbuat dari hidrolisis
pati jagung atau singkong dengan derajat kemanisan 75%.
d. Laktose (gula susu), adalah gula
majemuk yang diperoleh dari susu dengan derajat kemanisan 39%.
e. Maltose, adalah gula majemuk yang
terbuat dari hidrolilis pati dengan derajat kemanisan 30%.
G.
Kerangka Pemikiran
Seiring
dengan perkembangan dan kemajuan jaman yang pesat serta mobilitas yang
meningkat, dapat mempengaruhi perubahan pola hidup dan pola makan masyarakat
usia produktif. Makanan siap santap sekarang menjadi bagian dari gaya hidup
praktis keluarga dinamis. Padahal makanan siap santap umumnya mengandung
karbohidrat, lemak, kalori, dan garam tinggi. Pola makan dengan zat gizi yang
tidak berimbang dan berkecukupan ini dalam jangka panjang terbukti menimbulkan
masalah pada kesehatan.
Bolu
kukus termasuk salah satu jenis kue yang dibuat dari tepung terigu, gula pasir,
telur ayam, air dan emulsifier sebenarnya bahan dasar tersebut dapat
diperkaya dengan cara mengganti sebagian jumlah bahan dasar dengan presentase
tertentu. Agar dapat memberikan kontribusi terhadap keseimbangan dan kecukupan
gizi dalam bolu kukus, gula stevia dijadikan salah satu alternative sebagai
pemanis alami bahan pembuat bolu kukus.
Dalam keunggulannya sebagai bahan pemanis nonkalori, daun Stevia dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembuatan gula alami dalam pembuatan bolu
kukus, terrlebih kandungan Stevioside yang dimiliki daun Stevia stabil pada
suhu tinggi (100°C), range pH 3-9 sehingga tidak menimbulkan warna gelap pada
waktu pemasakan sehingga warna bolu kukus yang dihasilkan tetap cantik. Daun ini mengandung Pemanis alami yang mampu
menghasilkan rasa manis 70-400 kali dari manisnya gula tebu.
Ekstrak daun Stevia memiliki batas aman konsumsi yaitu 35mg/kg berat
badan/hari. Nilai kalori ekstrak daun stevia sangat kecil bahkan dapat dianggap
tak ada.
Dalam
eksperimen ini peneliti ingin membuktikan bahwa gula Stevia dapat digunakan
sebagai salah satu bahan pembuat bolu kukus dapat menghasilkan bolu kukus yang
berkualitas baik. Skema kerangka berpikir selengkapnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini
H.
Hipotesis
Daun stevia (Stevia
rebaudiana) dapat
dimanfaatkan sebagai
pemanis alami terhadap kualitas organoleptik bolu kukus.
I.
Metode Penelitian
1.
Waktu Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pangan Gizi Universitas Muhammadiyah
Surakarta
b.
Waktu Penelitian
Penelitian
akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2011
2.
Alat dan Bahan
a.
Alat yang digunakan dalam penelitian
Nampan atau oven, blender,
timbangan, mixer, kom adonan, spatula, cetakan bolu kukus, pengukus,
penjapit, panic, kompor.
b.
Bahan yang
digunakan dalam penelitian
Daun
Stevia, gula tebu (gula pasir), tepung terigu, telur ayam, air, emulsifier
c.
Tahap penelitian
1)
Tahap persiapan
a)
Menyiapkan semua alat dan bahan yang digunakan
untuk penelitian. Semua alat dalam keadaan bersih, kering dan tidak cacat.
b)
Menimbang bahan, yaitu mengukur bahan-bahan
dengan tepat sesuai dengan kebutuhan. Komposisi bahan bolu kukus:
-
200 gram tepung terigu
-
200 gram gula pasir atau 200 gram gula stevia
-
200 gram air
-
50 gram telur ayam
-
5 gram SP
2)
Tahap pembuatan gula stevia
a)
Mengeringkan daun stevia dengan cara menjemurnya
di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan oven.
b)
Menghaluskan daun stevia kering menggunakan
blender
3)
Tahap pembuatan bolu kukus
a)
Pengadukan (mixing), yaitu mencampur rata
semua bahan sampai memperoleh adonan yang homogen, lembut dan mengembang. Pada proses
ini, dibuat 3 adonan yaitu adonan yang menggunakan gula pasir, adonan yang
menggunakan gula stevia, dan adonan yang menggunakan gula pasir dicampur gula
stevia
b)
Pencetakan (panning), yaitu dengan
menuangkan adonan kedalam cetakan bolu kukus yang sudah beralaskan kertas atau paper
cup dengan ukuran adonan setinggi batas paper cup.
c)
Pengukusan (steaming), yaitu memasak
bahan makanan dengan mendapatkan panas dari uap air mendidih selama 15-20
menit.
d)
Mengeluarkan dari cetakan (depanning)
e)
Pendinginan (cooling), setelah bolu kukus
dikeluarkan dari cetakan kemudian didinginkan pada suhu kamar selama 10-15
menit.
4)
Tahap Penyelesaian
Setelah
proses pembuatan selesai, segera dilakukan pengemasan. Pengemasan dapat
dilakukan apabila bolu kukus benar-benar sudah dingin agar dalam kemasan tidak
terjadi penguapan yang dapat mempercepat terjadinya kerusakan. Kemasan yang
digunakan adalah plastik bening. Dalam proses pengemasan ini dipisahkan antara
bolu yang dibuat dari gula pasir, gula stevia, dan campuran keduanya agar dapat
mudah diuji.
3.
Rancangan Penelitian
Penelitian
ini termasuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktor tunggal yang terdiri dari
satu faktor dengan tiga taraf perlakuan yaitu:
Faktor : gula (P)
P0 : gula pasir
P1 : gula daun stevia
P2 : gula pasir ditambah gula
daun stevia
Tabel 1. Tabel Perlakuan
Perlakuan
|
Ulangan
|
||
1
|
2
|
3
|
|
P0
|
P0-1
|
P0-2
|
P0-3
|
P1
|
P1-1
|
P1-2
|
P1-3
|
P2
|
P2-1
|
P2-2
|
P2-3
|
Keterangan:
P0: pembuatan bolu kukus dengan bahan 200
gram gula pasir
P1: pembuatan bolu kukus dengan bahan 200
gram gula stevia
P2: pembuatan bolu kukus dengan bahan 100
gram gula pasir dan 100 gram gula daun stevia
Tabel 2. Tabel Uji
Organoleptik
No
|
Faktor
|
Gula
Pasir
|
Gula
daun stevia
|
Gula
pasir ditambah gula daun stevia
|
1
|
Warna
|
|||
2
|
Rasa
|
|||
3
|
Tekstur
|
|||
4
|
Aroma
|
|||
5
|
Tampilan
|
4.
Metode Pengumpulan Data
a.
Metode eksperimen
Metode eksperimen digunakan untuk memperoleh
data yaitu melakukan percobaan langsung membuat bolu kukus dengan bahan dasar
gula daun Stevia rebaudiana.
b.
Metode kepustakaan
Metode kepustakaan merupakaan metode bantu dalam
mencari materi dari buku-buku atau sumber yang dikutip secara langsung maupun
tidak langsung metode ini digunakan untuk melengkapi tinjauan pustaka dan
pembahasan.
c.
Metode dokumentasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
melihat keterangan yang telah didokumentasikan dan mengambil dokumentasi
peneliti dengan mengunakan kamera.
d.
Uji Organoleptik (Metode angket)
Metode
ini digunakan untuk mengetahui sampel bolu kukus hasil eksperimen meliputi
tampilan, tekstur, warna, aroma dan rasa dengan menggunakan empat klasifikasi
dan diberi skor sebagai berikut
1) Tampilan
Bolu
a) Mekar
sempurna diberi skor 4
b) Mekar
cukup beraturan diberi skor 3
c) Mekar
kurang beraturan diberi skor 2
d) Mekar
tidak beraturan diberi skor 1
2) Tekstur
a) Halus
diberi skor 4
b) Cukup
halus diberi skor 3
c) Kurang
halus diberi skor 2
d) Tidak
halus/kasar diberi skor 1
3) Warna
Dasar
a) Putih
diberi skor 4
b) Putih
kecoklatan diberi skor 3
c) Coklat
keputihan diberi skor 2
d) Coklat
diberi skor 1
4) Aroma
Harum
a) Harum
diberi skor 4
b) Cukup
harum diberi skor 3
c) Kurang
harum diberi skor 2
d) Tidak
harum diberi skor 1
5) Rasa
a) Manis
ideal diberi skor 4
b) Cukup
manis diberi skor 3
c) Kurang
manis diberi skor 2
d) Tidak
manis diberi skor 1
Pelaksanaan
uji organoleptik
1) Waktu
dan tempat
Uji organoleptik dilakukan di
wilayah kampus UMS.
2) Bahan
dan alat penilaian
Bahan dan alat yang digunakan
dalam penilaian uji organoleptik adalah
a) Bahan
Bolu kukus dengan pemanis
biasa, bolu kukus dengan pemanis gula stevia, dan bolu kukus dengan pemanis
biasa dicampur gula stevia.
b) Alat
Alat yang digunakan yaitu formulir
penilaian, air minum putih, dan alat tulis
3) Langkah-langkah
penilaian
a) Mempersiapkan
alat bahan yang telah digunakan
b) Memilih
80 panelis secara acak di daerah kampus UMS
c) Memberikan
penjelasan singkat tentang cara menilai dan pengisian formulir
d) Membagikan
formulir penilaian, sampel hasil eksperimen dan air putih
e) Memberikan
waktu pada panelis untuk melaksanakan penilaian dan mengisi formulir.
f)
Mengumpulkan formulir hasil penilaian
e. Uji
Kalori
Pengujian
ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan kimia yaitu kalori dan bolu kukus
daun Stevia hasil eksperimen untuk dibandingkan dengan bolu kukus yang dibuat
dari gula biasa. Untuk uji kalori menggunakan metode Boom calori meter.
5.
Alat Pengambil Data
Alat
pengambil data pada uji organoleptik adalah panelis tidak terlatih yang
digunakan untuk menilai tingkat kesukaan pada suatu produk ataupun menilai
tingkat kemauan seseorang untuk menggunakan suatu produk, karena menyangkut
tingkat kesukaan terhadap suatu produk makanan maka semakin banyak jumlah
anggota panelis, maka hasilnya akan semakin baik, minimal 80 orang (Kartika dkk
1988: 32). Asal panelis yang digunakan adalah 80 mahasiswa Unversitas
Muhammadiyah Surakarta.
6.
Analisa Data
Data
hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
presentase. Analisis ini digunakan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap
suatu bahan atau untuk menghasilkan dan mengetahui reaksi konsumen terhadap
sampel yang diujikan, oleh karena itu panelis diambil dalam jumlah besar dan
mewakili populasi masyarakat tertentu. Untuk mengetahui daya terima dari
konsumen dilakukan analisis deskriptif
persentase yaitu data hasil penilaian yang berupa data skala
numerik yang diperoleh dari panelis dianalisis terlebih dahulu untuk mengetahui
jumlah persentasenya. Skor nilai untuk mendapatkan persentase dirumuskan
sebagai berikut
Rumus:
%
n = ⎯⎯⎯ x 100%
N
Keterangan:
% =
skor persentase
n =
Jumlah skor yang diperoleh
N = skor ideal (skor tertinggi x jumlah
panelis)
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Klasifikasi Tumbuhan Stevia rebaudiana. http://www.sith.itb.ac.id/herbarium/index.php?c=herbs&view=detail&spid=201470. Diakses tanggal 30 Mei 2011.
Buchori, Luqman. 2007. Pembuatan
Gula Non Karsinogenik Non Kalori Dari Daun Stevia. Jurnal UNDIP. Reaktor, Vol. 11 No.2,
Desember 2007, Hal: 57-60
Erwin.
2004. Variasi Bolu Kukus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://www.gulastevia.20m.com
Kartika.
1988. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mudjajanto
dan Yulianti. 2004. Membuat Aneka Roti. Jakarta: Penebar Swadaya.
Putri, Siwianisti. 2010.
Substitusi Tepung Biji Nangka Pada
Pembuatan Kue Bolu Kukus Ditinjau dari Kadar Kalsium, Tingkat Pengembangan dan
Daya Terima. Skripsi. Surakarta: UMS.
Suhardjito,
YB BA. 2006. Pastry Dan Perhotelan. Yogyakarta: Andi.
Wiryawan,
Adam. 2011. Uji Organoleptik. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/uji-organoleptik/uji-organoleptik/. Diakses tanggal 30 Mei
2011.