Senin, 08 Oktober 2012

LAPORAN BUDIDAYA JAMUR



BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
      Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas.Jenis-jenis jamur yang umum dibudidayakan ialah jamur merang(Volvariella volvaceae),jamur tiram (Pleurotus ostreatus),jamur kuping (Auricularia polytricha),jamur payung (Lentinus edodes),dan jamur kancing (Agaricus Sp).Hasil panen jamur tersebut tak hanya untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri bahkan ada juga yang di ekspor,seperti jamur kancing dan jamur payung. Media untuk pertumbuhan jamur dapat menggunakan limbah yaitu limbah pertanian(merang dan daun pisang) dan limbah industri (serbuk gergaji). Ramuan atau campuran yang digunakan sebagai media juga bermacam-macam,sedangkan metode yang digunakan untuk budidaya jamur ini juga bermacam-macam,seperti cara ilmiah, konvensional,tradisional,dan semi modern.
      Jamur terdiri dari bermacam- macam jenis,ada yang merugikandan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.Jamur yang merugikan antara lain karena bersifat pathogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia,hewan maupun tumbuhan.Diantara jamur yang menguntungkan manusia misalnya : penicillium yang menghasilkan antibiotik penisilin, jamur-jamur yang berperan dalam proses fermentasi makanan seperti kecap, tempe, tape, tauco dan lain-lain. Bahkan banyak jenis jamur yang dapat dikonsumsi (dimakan) antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shiitake, jamur agaricus (campignon) dan jamur merang. Dewasa ini budidaya jamur (Mushrooming the mushroom) yang dapat dimakan telah banyak dilakukan orang yaitu dengan menggunakan limbah pertanian sebagai media tumbuhnya. Budidaya jamur yang dapat dimakan (edible mushroom) merupakan salah satu cara mengatasi kekurangan pangan dan gizi serta menganekaragamkan pola komsumsi pangan rakyat.          Dari analisa menunjukkan bahwa kandungan mineral jamur lebih tinggi daripada gading sapi dan domba, bahkan hampir dua kali lipat jumlah garam mineral dalam sayuran. Jumlah proteinnya dua kali lipat protein asparagus, kol, kentang dan empat kali lipat daripada tomat dan wortel serta enam kali lipat dari jeruk. Selain itu jamur juga mengandung zat besi, tembaga, kalium dan kapur, kaya vitamin B dan D, sejumlah enzim tripsin yang berperan sangat penting pada proses pencernaan, kalor dan kolesterolnya rendah.
      Jamur tiram putih merupakan salah satu jamur kayu yang sekarang telah banyak dibudidayakan orang. Media tanam atau substratnya yang sudah umum digunakan adalah gergajian kayu alba (sengon), tetapi sembarang gergajian kayu sebetulnya dapat digunakan, tentunya kayu yang tidak beracun, kemudian di campur dengan bahan-bahan yang lain dengan berbandingan tertentu.
      Diposkan oleh Caray Diantara banyak jenis jamur yang sedang baik prospeknya adalah Jamur Tiram Putih (Pleuratus ostreatus sp). Jamur ini disebut juga jamur kayu, karena tumbuh pada media kayu lapuk atau serbuk kayu. Disebut jamur tiram karena bentuk tudungnya membulat lonjong dan menutup seperti cangkang tiram. Jenis jamur tiram pun bermacam-macam ada tiram putih, coklat dan merah.
      Menurut wikipedia, tubuh buah dari jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping dan bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm. Miselia berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat.
  • Kandungan Gizi
Jamur ini mempunyai kandungan protein yang tinggi, asam lemak tak jenuh, serat dan vitamin sehingga rasanya sangat enak dibandingkan jenis jamur lainnya. Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, protein jamur tiram rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering, kandungan proteinnya 19-35%, sedangkan beras hanya 7.3% gandum 13.2% kedelai 39.1%. susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu (1) lisin (2) metionin (3) triptofan (4) threonin (5) valin (6) leusin (7) isoleusin (8) histidin dan (9) fenil alanin. 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol), maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh, serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C, dan D, serta vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin, dan provitamin D2 (ergosterol) dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium dan Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, dan Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca, dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.
Dilihat dari kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram, maka bahan ini termasuk aman untuk dikonsumsi. Adanya serat, yaitu lignoselulosa baik untuk pencernaan. USDA (United States Drugs and Administration) yang melakukan penelitian pada tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian menu jamur tiram selama 3 minggu akan menurunkan kadar kolesterol dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan yang mengandung jamur tiram. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa jamur tiram dapat menurunkan kadar kolesterol pada penderita hiperkolesterol. Di Jepang saat ini sedang diteliti potensi jamur tiram sebagai bahan makanan yang dapat mencegah timbulnya tumor.
Jamur tiram dapat ditumbuhkan pada media kompos serbuk gergaji kayu. Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 25-39°C. Agar bakal tubuh buah terbentuk biasanya dibutuhkan kejutan fisik seperti perubahan suhu, cahaya, tingkat CO2, kelembaban relatif udara dan aerasi. Suhu substrat yang tinggi dapat memicu pertumbuhan mikroflora termofilik. Mikroorganisme termofilik tumbuh pada kisaran suhu 30-55°C, ketika tumbuh mikroorganisme tersebut menghasilkan panas yang lebih pada substrat sehingga dapat mematikan miselium jamur yang dibudidayakan. Substrat sebaiknya memiliki konduktivitas panas yang rendah, oleh karena itu susunan tinggi kompos kurang dari 25 cm dan log jamur tidak lebih dari 25 kg. Selama pembentukan tubuh buah, beberapa jamur sensitif terhadap tingkat CO2 yang tinggi, sehingga tubuh buah yang terbentuk akan memiliki tangkai yang panjang dan tudung yang kecil. Kisaran konsentrasi CO2 yang baik untuk pertumbuhan galur tertentu dari P. ostreatus antara 550-700 ppm. Faktor cahaya sangat menentukan pembentukan tubuh buah. Beberapa jamur akan membentuk tubuh buah jika kekurangan cahaya. Untuk pembentukan tubuh buahnya Pleurotus spp. diperlukan 8 jam penyinaran cahaya, namun Pleurotus yang tumbuh tanpa cahaya akan membentuk struktur seperti koral dengan banyak tangkai yang bercabang.
Pada umumnya teknologi budidaya yang diterapkan para petani jamur tiram yaitu penggunaan serbuk gergaji sebagai substrat menjadi “baglog” yaitu substrat yang dikemas didalam kantong plastik tahan panas. Adapun karakteristik pertumbuhan jamur tiram pada baglog serbuk gergaji yaitu dalam jangka waktu antara 40-60 hari seluruh permukaan baglog sudah rata ditumbuhi oleh misellium berwarna putih. Satu sampai dua minggu setelah baglog dibuka biasanya akan tumbuh tunas dalam 2-3 hari akan menjadi badan buah yang sempurna untuk dipanen. Pertumbuhan badan buah pada waktu panen telah menunjukkan lebar tudung antara 5-10 cm. Produksi jamur dilakukan dengan memanen badan buah sebanyak 4-5 kali panen dengan rerata 100 g jamur setiap panen. Adapun jarak selang waktu antara masing-masing panen adalah 1-2 minggu.
Bakal tubuh buah atau primordia dari basidiomiset adalah gumpalan kecil yang terdiri dari kumpulan miselia yang akan berkembang menjadi tubuh buah. Diameter tubuh buah sekitar 1 mm. Primordia berkembang dan pada tubuh buah muda terlihat bagian-bagian tubuh buah seperti tudung dan tangkai yang terletak tidak di tengah tudung. Pada permukaan bawah tudung dari tubuh buah muda terdapat bilah-bilah (lamela). Lamela tubuh menurun dan melekat pada tangkai. Pada lamela terdapat sel-sel pembentuk spora (basidium), yang berisi basidiospora. Basidiospora biasanya dibentuk pada saat tubuh buah dewasa mengalami kematangan. Selama tepi tudung masih berlipat-lipat, tubuh buah dikatakan belum dewasa. Pada saat tepi tudung meregang penuh tubuh buah mencapai fase dewasa dan dapat dipanen. Tubuh buah yang matang biasanya rapuh dan spora-spora dapat dilepaskan.
Spora pada jamur berfungsi untuk alat reproduksi dan bertahan. Karakteristik spora sering digunakan untuk mempelajari sistematika dan klasifikasi jamur. Para ahli mikologi dapat menggunakan spora atau lebih tepatnya jejak spora yang dapat membantunya untuk mengidentifikasi ribuan spesies jamur yang memiliki tudung. Jejak spora adalah kumpulan spora dalam jumlah besar. Hal ini bisa diperoleh dengan meletakkan tudung dengan himenium menghadap ke bawah pada selembar kertas putih atau sepotong kaca. Setelah beberapa jam, terkadang tidak sampai esok harinya, lapisan spora akan terkumpul. Warna spora terbagi ke dalam 4 atau 5 tipe umum, yaitu: putih, merah muda, kuning tanah dan ungu kehitaman, namun kelompok terakhir dapat dibedakan lagi menjadi ungu dan hitam. Warna spora kadang-kadang dapat dilihat secara visual dengan melihat lamela pada jamur dewasa, tetapi kadang-kadang warna dari lamela menyembunyikan warna sporanya.
  • Prospek
Alasan mengapa Jamur tiram mempunyai prospek baik untuk dibudidayakan, yaitu selain bahan bakunya sangat melimpah dan mudah didapat , juga budidaya jamur tiram tidak butuh lahan luas. Itu karena dapat dilakukan dengan system rak bertingkat. Jamur tiram selani mempunyai rasa yang lezat untuk dikonsumsi juga ternyata berhasiat untuk kesehatan, tak heran jamur tiram banyak disukai dan dicari orang.
Banyak produk yang dihasilkan dari bahan baku jamur tiram, seperti tepung jamur tiram, permen jeli jamur tiram, keripik jamur tiram, abon jamur tiram, nuget jamur tiram, jamur tiram crispy, dan lain-lain.
Hingga saat ini jamur tiram lebih banyak diproduksi di jawa barat.  Berdasarkan data yang ada, jawa barat memproduksi 10 ton jamur tiram setiap harinya dan mayoritas dipasarkan dalam bentuk segar dengan tujuan pemasarannya kota-kota besar.  Daerah Karawang, Bandung, Bogor, dan Sukabumi misalnya, menyuplai jamur tiramnya ke pasar-pasar di Jakarta.
Bila dibandingkan dengan jenis jamur lainnya, jamur tiram sudah jauh lebih dikenal dan memasyarakat.  Oleh karena itu masyarakat sudah terbiasa mengkonsumsinya.  Hal ini membuat kebutuhan pasar akan jamur tiram menjadi luas dan permintaan akan produk jamur tiram, baik dalam bentuk segar maupun olahannya,terus meningkat.  Di beberapa negara seperti Singapura, Taiwan,  Jepang, dan  Hongkong,  permintaan jamur tiram dalam bentuk kering maupun yang telah dikalengkan sangat tinggi.
B.     TUJUAN
Mempelajari cara-cara membudidayakan Jamur Tiram putih.

C.     MANFAAT
Mengetahui langkah-langkah menbudidayakan Jamur Tiram Putih.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.     Jamur
      Sritopo (1999),  menyatakan bahwa jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.Jamur yang merugikan antara lain karena bersifat pathogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Diantara jamur yangmenguntungkan manusia misalnya : penicillium yang menghasilkan antibiotik penisilin, jamur-jamur yang berperan dalam proses fermentasi makanan seperti kecap, tempe, tape, tauco dan lain-lain. Bahkan banyak jenis jamur yang dapat dikonsumsi (dimakan) antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shiitake, jamur agaricus (campignon) dan jamur merang.
      Anonim (2010) menyatakan bahwa jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat Indonesia, selain Jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping dan jamur shitake. Pada umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fospor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol.
      Anonim (2010) menyatakan bahwa  jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.[1] Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom. Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.[2] Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.[1] Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat. Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.[3] Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.[3] Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.[4] Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.

B.     Budidaya jamur
      Anonim (2010) menyatakan bahwa hal penting yang harus dipenuhi adalah menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Hal lain yang penting adalah menjaga lingkungan pertumbuhan jamur tiram terbebas dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya. Tidak jarang pembudidaya jamur tiram mendapati baglog (kantong untuk media jamur tiram) ditumbuhi tumbuhan lain selain jamur tiram, hal ini disebabkan proses sterilisasi yang kurang baik dan lingkungan yang tidak kondusif. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk melakuka budidaya jamur tiram ini, tahapan pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi persiapan sarana produksi dan tahapan budidaya jamur tiram. Tahapan ini merupakan proses budidaya jamur tiram dari mulai pembuatan media sampai proses pemanenan jamur tiram. Jika anda tidak ingin repot menyemai benih, anda bisa membeli baglog yang sudah siap dengan benih jamur tiram yang sudah siap dibudidayakan.
                        Anonim (2010) menyatakan bahwa di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam. Hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit.  Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30 °C Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik.






BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.            Tempat dan waktu
Tempat praktikum dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Jamur, Univrsitas Muhammadiyah Surakarta.
Waktu pelaksanaan : Praktikum dilaksanakan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai bulan januari 2011.
B.            Alat dan bahan :
Alat :
a.       Alat yang digunakan untuk sterilisasi adalah drum, kompor minyak, thermometer, selang karborator.
b.      Alat yang digunakan untuk fermentasi ialah : skop digunakan untuk pengaduk bahan, plastic terpal, corong, ember, timbangan, pengayak.
c.       Alat yang digunkan dalam pembuatan log adalah : plastik log ( polipropilen, cincin jamur, karet gelang, plastic penutup, kapas.
d.      Alat yang digunakan dalam inokulasi adalah : tongkat inokulasi, ember/baskom, alcohol 70 %.
e.       Alat yang digunakan untuk perawatan jamur ialah : penyemprotan air uap.

Bahan :
Bahan utama dalam penelitian ini adalah bibit jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), dan serbuk gergaji.
a.       Bahan utama yang digunakan adalah : Bibit jamur tirram puth (Pleurotus ostreatus)
b.      Bahan yang digunakan untuk media antara lain : serbuk gergaji kayu sengon, bekatul, Calsit, pupuk kandang sapi, air.
c.       Bahan yang digunakan untuk sterilisasi ; alat steam, minak tanah, air.
C.            Pelaksanaan praktikum
1.      Tahap pencampuran bahan
a.       Meletakkan bahan pada tempat yang datar dan kering
b.      Mencampur komposisi dengan perbandingan:
Serbuk gergaji                    : 100 kg
Bekatul                               : 10 kg
Batu kapur (CaCo3)           : 4 kg
Air                                     : 7 ember (70 Liter)
c.       Meratakan komposisi bahan tersebut hingga homogeny dan tidak menggumpal
d.      Mengecek kelembaban, apabila sudah lembab dihentikan.
e.       Menutup bahan dengan plastik penutup dan  memfermentasikannya selama 3-5 hari.
2.      Tahapan pencampuran log
a.       Menyiapkan alat dan bahan ke dalam plastik log
b.      Memasukkan komposisi  bahan ke dalam plastik log
c.       Menimbang bahan seberat 0,9-1 kg.
d.      Menambah pupuk kandang sapi sesuai perlakuan.
e.       Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik
f.         Mengikat ujung plastik pada cincin jamur dengan karet gelang.
g.       Menyumbat cincin jamur yang sudah disumbat dengan kapas kemudian mngikatnya dengan karet.
3.      Tahapan sterilisasi log
a.       Memasukkan log pada alat steam
b.      Menyalakan kompor dengan minyak tanah dan korek api
c.       Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam.
d.      Mendinginkan log pada tempat yang steril.
4.      Tahapan inokulasi bibit jamur ke dalam log dan pengamatan miselium.
a.       Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alcohol 70%
b.      Membuka plastik yang menutup cincin jamur pada log
c.       Membuka sumbatan kapas pada cincin jamur.
d.      Mengeluakan 3 sendok makan media dalam log dengan tongkat inokulasi selanjutnya menampung sisa media tersebut dalam ember atau baskom.
e.       Menginokulasikan bibit jamur kuping kurang lebih 3 sendok makan ke dalam log menggunakan tongkat inokulasi.
f.        Menutup kembali cincin log dengan kapas.
g.       Menginokulasikan log ke dalam ruang pembibitan
h.       Mengamati petumbuhan miselium jamur dalam log.
..



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

            Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat Indonesia, selain jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping dan jamur shitake. Pada umumnya jamur tiram dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, fospor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam  asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan  dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom. Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
            Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang  karena  jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam. Hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit.
             Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30 °C.
            Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik.
                Hal penting yang harus dipenuhi adalah menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan (cultivation) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Hal lain yang penting adalah menjaga lingkungan pertumbuhan jamur tiram terbebas dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya. Tidak jarang pembudidaya jamur tiram mendapati baglog (kantong untuk media jamur tiram) ditumbuhi tumbuhan lain selain jamur tiram, hal ini disebabkan proses sterilisasi yang kurang baik dan lingkungan yang tidak kondusif.
            Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk melakuka budidaya jamur tiram ini, tahapan pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi persiapan sarana produksi dan tahapan budidaya jamur tiram. Tahapan ini merupakan proses budidaya jamur tiram dari mulai pembuatan media sampai proses pemanenan jamur tiram. Jika anda tidak ingin repot menyemai benih, anda bisa membeli baglog yang sudah siap dengan benih jamur tiram yang sudah siap dibudidayakan.
            Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama temperature, kelembapan relatif, waktu , kandungan CO2, dan cahaya. Parameter tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap setiap stadium atau tingkatan, misalnya:
1.       Terhadap pertumbuhan miselia pada substrat tanam
2.       Terhadap pembentukan primodia (bakal kuncup)jamur
3.       Terhadap pembentukan tubuh buah
4.       Terhadap siklus panen dan
5.       Terhadap nilai BER atau perbandingan antara berat hasil jamur dengan berat substrat log tanam jamur.
Syarat tumbuh jamur yang baik adalah sebagai berikut:
1.      Air
Kandungan air dalam substrat berkisar antara 60-65%. Apabila kondisi kering maka pertumbuhan  jamur akan terganggu atau terhenti, begitu pula sebaliknya apabila kadar air terlalu tinggi maka miselium akan membusuk dan mati. Penyempurnaan air dalam ruangan dapat dilakukan untuk mengatur suhu dan kelembaban.
2.      Suhu
Suhu inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium dipertahankan antara 60-70%. Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22º C.
3.      Kelembaban
Kelembaban udara selama masa pertumbuhan miselium 60-70%. Kelembaban udara Pada pertumbuhan badan buah 80-90%.
4.      Cahaya
Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Cahaya tidak langsung (cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux) bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah. Intentisitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur sekitar 200 lux (10%). Sedangkan pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya.
5.      Aerasi Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu Oksigen(O2) dan Karbohidrat (CO2). Oksigen merupakan unsure penting dalam respirasi sel. Sumber energi dalam sel dioksidasi menjadi karbondioksida. Konsentrasi karbohidrat (CO2) yang terlalu banyak dalam kumbung menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Didalam kumbung jamur konsentrasi CO2 tidak boleh lebih dari 0,02%.
6.      Tingkat Keasaman (pH) Tingkat keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan petkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh jamur yang lain yang akan menganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. pH optimum pada media tanam berkisar 6-7.
            Pada praktikum kali ini kami mengalami kegagalan. Miselium tumbuh sangat lambat/ belum tumbuh hingga minggu ke-5 dan baglog berwarna hitam sehingga ada indikasi kontaminasi. Dalam baglog timbul yellow spot, green spot, gagal menumbuhkan miselium/perkembangan miselium lambat dan baglog membusuk. Kegagalan ini sebenarnya disebabkan oleh berbagai macam faktor.
            Seringkali faktor sterilisasi media dianggap sebagai satu-satunya sebab dalam kegagalan. Padahal proses sterilisasi media hanya merupakan salah satu penyebab saja. Dalam berbagai analisa rekan-rekan, literatur, pengalaman, faktor-faktor kegagalan ini dapat disebabkan berbagai macam sebab.
Berdasarkan analisa kami penyebab kontaminasi adalaha antara lain sebagai berikut:
1.      Pencampuran Bahan dan Pengomposan
            Bahan baku yang terdiri dari serbuk gergaji kayu, bekatul, kapur, dan sebagainya dicampur secara merata, dengan komposisi bahan disesuaikan dengan kebutuhan. Sebelum digunakan sebagai bahan campuran, serbuk gergaji kayu harus diayak terlebih dahulu agar bagian-bagian  yang tidak digunakan (misalnya benda asing berbentuk kerikil, pecahan gelas, bagian kayu,dsb) tidak terbawa. Semua bahan kemudian dicampur sampai homogen, ditambah dengan bahan campuran lain dan air secukupnya. Bahan campuran ini dikomposkan selama 2-5 hari. Selama pengomposan dilakukan pengadukan sebanyak 3-4 kali. pada praktikum kali ini dimungkinkan waktu yang terlalu lama pada saat pengomposan sshingga media atau bahan tidak layak untuk digunakan.
2.      Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
            Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan. Hendaknya untuk mempermudah budidaya, jenis kayu yang digunakan homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga tentunya perkembangan miselium. Untuk wilayah di pulau jawa, paling mudah menggunakan jenis kayu sengon laut. Pencampuran dengan jenis lainnya boleh dilakukan tetapi hendaknya 80% bersifat homogen.Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya. Penting juga untuk memperhatikan apakah dari penggergajian kayu, serbuk gergaji tersebut terkena tumpahan oli atau tidak, karena sangat beresiko jika digunakan dalam budidaya
3.      Faktor PH
            Dalam pencampuran media baglog, tingkat PH dari serbuk gergaji harus diperhatikan dengan benar di kisaran 7. PH yang terlalu basa (poin 7 keatas hingga 8) akan menyebabkan kegagalan. Karena faktor PH ini lah, dalam budidaya diperlukan pengomposan. Metoda pengomposan dari masing-masing pebudidaya memang lain-lain, tapi tujuannya satu yaitu menurunkan PH serbuk gergajian. Metoda itu antara lain:
a.        Setelah mencampur, dibiarkan semalam, lalu baru dimasukkan ke dalam kantong baglog
b.       Dengan mencampurkan EM4 untuk mempercepat pengomposan
c.        Mencampur serbuk gergajian dengan kapur lalu dibiarkan minimal 3 minggu untuk pengomposannya.
Penting sekali untuk memeriksa kondisi pH ini sebelum dimasukkan ke dalam kantong. Pemeriksaan bisa dengan pH meter atau kertas lagmus. Ada pengalaman dari rekan-rekan, jika pH masih di kisaran 7,5 - 8, campuran diberi sedikit campuran air cuka. Lalu diperiksa kembali, setelah PH di sekitar 7, baru dimasukkan ke dalam kantong.
4.      Faktor air
            Dalam menambahkan kadar air, seringkali kita memang tidak memeriksa air yang digunakan. Ada yang menggunakan air sumur, air PDAM, atau malah air kali biasa. Kandungan kimia pada air tersebut terkadang tidak kita ketahui, jika terdapat kandungan yang mungkin saja bisa menggagalkan dalam proses budidaya, hal ini tentunya tidak kita inginkan. Cara sederhana untuk mengatasinya adalah, air yang akan kita gunakan hendaknya diendapkan dahulu, bisa juga dengan mencampurkan arang untuk menetralisir dan memurnikan air.
5.      Faktor campuran yang kurang baik
            Kadar dari campuran memang bermacam-macam dari masing-masing pebudidaya, tetapi rata-rata menggunakan nutrisi sekitar 10%-15%, ada yang maksimal hingga 20% dari berat gergajian. Nutrisi yang kami maksud di sini adalah perbandingan bekatul atau jagung.
Pastikan bahan yang digunakan dalam campuran masih dalam kondisi segar dan baru, tentunya kualitasnya juga harus baik. Penting sekali untuk segera melakukan sterilisasi setelah campuran dimasukkan ke dalam kantong baglog. Karena setelah dimasukkan ke dalam plastik, akan timbul gas fermentasi yang dapat melambatkan tingkat kecepatan tumbuh miselium nantinya, atau bahkan menghentikannya sama sekali.
6.      Faktor sterilisasi
            Faktor ini yang sering menjadi momok pada budidaya. Metodenya banyak sekali, ada yang menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton, plat baja. Ada yang langsung dipanaskan, ada yang menggunakan boiler sebagai penghasil uap panasnya. Intinya cuma satu, bagaimana metoda yang digunakan tersebut dapat memanaskan media baglog hingga 100 derajat C dan mematikan semua bakteri yang ada. Sehingga baglog yang sudah steril tersebut dapat tumbuh miseliumnya setelah ditanamkan bibit di dalamnya. Air yang digunakan dalam memanaskan baglog juga sebaiknya harus selalu baru dan bersih. Seharusnya setelah sterilisasi, jangka waktu untuk inokulasi tidak terlalu lama sehingga media baglog dalam keadaan steril. Tapi pada praktikum kali ini jangka waktu antara sterilisasi dan inokulasi sangat lama yaitu mencapai 7 hari/1 minggu sehingga kemungkinan terjadi kontaminasi.
7.      Faktor kesalahan dalam inokulasi
            Dalam melakukan inokulasi bibit jamur tiram putih, kondisi baglog setelah melalui proses sterlilisasi harus memiliki suhu yang pas.. Suhu baglog yang masih terlalu panas dapat menyebabkan kegagalan, begitu juga sebaliknya, suhu yang sudah terlalu dingin juga dapat menimbulkan kegagalan. Suhu yang baik kira-kira di kisaran 35-38 derajat C (masih hangat sedikit, tapi tidak panas).
            Jangan pula misalnya sudah lebih dari 2 hari keluar dari steamer proses sterilisasi, baru dilakukan proses inokulasi, ini sudah terlalu dingin.
Indikasi faktor inokulasi berhasil dapat dilihat seperti foto di bawah ini, walau hanya baru 3 hari, perkembangan miselium sudah terpantau dengan menyebarnya pengapasan.

8.      Faktor bibit jamur yang kurang baik
            Bibit jamur tiram putih sangat penting sekali dalam menentukan tingkat keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini sangat menentukan keberhasilan. Bibit yang sudah terlalu tua (apalagi sudah tumbuh jamurnya) kurang baik untuk digunakan. Bibit yang berumur masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik.
9.      Komposisi bibit
            Komposisi nutrisi pada bibit jamur tiram menentukan kualitas kekuatan miselium dalam perkembangan di baglog nantinya. Indikasi sederhananya dapat terlihat pada warna putih miselium di botol bibit. Jika putihnya berwarna sangat putih, ini mengindikasikan nutrisi nya baik, tapi jika warna putihnya hanya semu saja, ini mengindikasikan nutrisi yang digunakan kurang.
10.  Faktor kebersihan ruang inkubasi
            Pada ruang inkubasi, faktor kebersihan, sirkulasi udara, kelembaban juga harus sangat diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah terlewati dengan baik, dan perkembangan miselium juga baik, tetali karena ruang inkubasi kurang bersih, perkembangan miselium justruk menjadi lambat dan malah terhenti sama sekali. Ada baiknya ruang inkubasi secara rutin dilakukan sterilisasi dengan menyemprotkan formalin 2% sebelum diisi baglog, ini untuk meyakinkan bersih dan sterilnya ruang inkubasi itu sendiri.


BAB V
KESIMPULAN

1.      Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat Indonesia.
2.      Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya.
3.      Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung.
4.      Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama temperature, kelembapan relatif, waktu , kandungan CO2, dan cahaya
5.      Penyebab kontaminasi adalah antara lain sebagai berikut:
a.       Pencampuran Bahan dan Pengomposan
b.      Faktor dari serbuk kayu yang digunakan
c.       Faktor PH
d.      Faktor air
e.       Faktor campuran yang kurang baik
f.        Faktor sterilisasi
g.       Faktor kesalahan dalam inokulasi
h.       Faktor bibit jamur yang kurang baik
i.         Komposisi bibit
j.        Faktor kebersihan ruang inkubasi


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Jamur beracun. http://wattpad.wordpress.com/2010/07/21/how-to-       wattpad-translation/
Anonim. 2010. Jamur pangan. http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram
Anonim. 2010. Budidaya jamur Tiram. http://tabloidgallery.wordpress.com/author/tabloidgallery/anonim. 2010.


1 komentar: